Gambar : Angsa Hitam (Black Swan) Picture Source : Wikipedia |
Teori Black Swan adalah sesuatu yang merujuk pada peristiwa langka, berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa. Sesuai dengan namanya, "Black Swan" yang memang manusia hanya memahami bahwa di dunia ini hewan angsa hanya berwarna putih, namun pada faktanya di beberapa belahan dunia, seperti di Australia Selatan, Australia Tenggara dan Pulau Tasmania. Bukan hanya pada warna, angsa hitam pun menjadi "Black Swan" untuk jenisnya sendiri dalam melakukan kebiasaan migrasi, pasalnya angsa hitam tidak melakukan migrasi dan hanya menetap di tempat ia menetas seperti kebiasaan angsa putih umumnya.
Teori Black Swan mulai muncul di kalangan masyarakat setelah diperkenalkan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya The Black Swan pada tahun 2007. Menurutnya, teori Black Swan itu muncul secara mengejutkan, berpengaruh besar dan setelah muncul akan menyebabkan manusia berpikir jauh ke belakang terhadap sebab musabab kejadian tersebut. Menurutnya juga, di dunia ini sudah ada fenomena yang menjadi Black Swan yang muncul secara tidak terprediksikan dan tidak teramalkan, yaitu adalah fenomena teknologi komputer dan internet, Perang Dunia 1 dan peristiwa 11 September 2001.
Teori Black Swan secara singkat bisa diartikan sebagai "1 dari 10", maksudnya adalah bahwa di balik semua hal yang berjalan beriringan sama, pasti ada satu hal yang memecah kesamaan tersebut. Teori tersebut biasa memutus alur sebuah pemikiran atau logika yang mengambil konklusi berdasarkan hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh : si A adalah seorang mahasiswa baru, pada hari pertama ia berangkat kuliah pada jam 8 pagi, menerima ilmu ajar hingga jam 3 sore, pulang ke rumah jam 4 sore dan tiba di rumah jam 6 sore. Kejadian itu terus berulang hingga hari ke-15 dan si A telah membuat konklusi bahwa kuliah semester pertama itu ia akan berangkat dari rumah jam 8 dan akan kembali tiba di rumah pada jam 6 sore. Di luar dugaan, pada hari ke-16 ternyata si A yang pada perjalanan pulang terhambat di jalan karena ada sebuah kecelakaan maut yang menyebabkan mobil angkutan yang ia tumpangi terjebak ke dalam kemacetan panjang, sehingga si A menjadi tiba di rumah pada pukul 8 malam.
Dalam kasus ini, yang menjadi Black Swan adalah kecelakaan maut tersebut, apapun jika mengalami atau melihat sebuah kecelakaan maut dalam perjalanannya, pasti akan mengubah semua kebiasaan yang sama menjadi kebiasaan yang baru namun tidak bersifat permanen. Bisa dilihat dari kasus di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa Black Swan itu bisa berwujud segala hal, termasuk kematian atau bisa disebut sebagai malaikat maut, seperti yang terjadi dalam Perang Dunia 1 dan peristiwa 11 September 2001. Oleh karena itu, bisa lah kita sebut Malaikat Maut sebagai Black Swan yang selalu berkeliling di antara kita tanpa kita ketahui kapan ia memutus alur kebiasaan sehari-hari kita, manusia.
Untuk itu, kita sebagai manusia biasa yang tidak pernah tahu akan bagaimana hidup kita sepersekian detik kemudian, hendaklah bersikap santun. Santun bukan hanya kepada orang-orang sekitar, namun juga santun kepada diri sendiri, kepada alam, kepada norma dan kepada Tuhan. Sebagai langkah awal untuk mempersiapkan diri kita dikala Sang Black Swan terbang menghampiri perjalanan keseharian kita.
Di luar konteks kematian, Black Swan pun juga patut kita ciptakan sendiri, menciptakan dalam arti bukan mendahului Tuhan namun merepresentasikan apa yang Tuhan telah gariskan untuk kehidupan dunia fana. Menciptakan sesuatu yang bukan hanya fisik, melainkan juga bisa sesuatu yang non-fisik, seperti berupa penghargaan ataupun sesuatu yang memorable atas sebuah hal yang kita lakukan dengan sepenuh hati. Menciptakan sesuatu yang setidaknya bisa bermanfaat untuk generasi mendatang, sebagai penerus dan pembaharu dari "Black Swan" yang kita telah buat sebelumnya.
Sebagai calon pelaku sejarah di masa depan, kita adalah penulis, untuk diri kita, untuk lingkungan, untuk semua yang kita cintai, untuk semua yang Tuhan ciptakan dan sebagai pengubah garis yang telah ditetapkan oleh-Nya. Terakhir, tetaplah mengingat satu firman-Nya yang berarti : "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu merubah nasib mereka sendiri..." (Q.S. Ar-Ra'd : 11)
*Terinspirasi dari pidato Dr. H. Arief Subhan, MA (Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) saat menyampaikan pesan dalam Pelepasan Alumni Wisuda-89 FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 28 Februari 2013 di Ruang Teater Prof. Dr. Aqib Suminto FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Untuk itu, kita sebagai manusia biasa yang tidak pernah tahu akan bagaimana hidup kita sepersekian detik kemudian, hendaklah bersikap santun. Santun bukan hanya kepada orang-orang sekitar, namun juga santun kepada diri sendiri, kepada alam, kepada norma dan kepada Tuhan. Sebagai langkah awal untuk mempersiapkan diri kita dikala Sang Black Swan terbang menghampiri perjalanan keseharian kita.
Di luar konteks kematian, Black Swan pun juga patut kita ciptakan sendiri, menciptakan dalam arti bukan mendahului Tuhan namun merepresentasikan apa yang Tuhan telah gariskan untuk kehidupan dunia fana. Menciptakan sesuatu yang bukan hanya fisik, melainkan juga bisa sesuatu yang non-fisik, seperti berupa penghargaan ataupun sesuatu yang memorable atas sebuah hal yang kita lakukan dengan sepenuh hati. Menciptakan sesuatu yang setidaknya bisa bermanfaat untuk generasi mendatang, sebagai penerus dan pembaharu dari "Black Swan" yang kita telah buat sebelumnya.
Sebagai calon pelaku sejarah di masa depan, kita adalah penulis, untuk diri kita, untuk lingkungan, untuk semua yang kita cintai, untuk semua yang Tuhan ciptakan dan sebagai pengubah garis yang telah ditetapkan oleh-Nya. Terakhir, tetaplah mengingat satu firman-Nya yang berarti : "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu merubah nasib mereka sendiri..." (Q.S. Ar-Ra'd : 11)
*Terinspirasi dari pidato Dr. H. Arief Subhan, MA (Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) saat menyampaikan pesan dalam Pelepasan Alumni Wisuda-89 FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 28 Februari 2013 di Ruang Teater Prof. Dr. Aqib Suminto FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
No comments:
Post a Comment