"Manajemen Dakwah? Hahahahaha mau ngapain? Mau jadi ustadz?"
Dulu aku juga berpikir begitu, tapi semakin ke sini aku makin sadar siapa aku, siapa Manajemen Dakwah dan apa peranannya di dunia persaingan global ini. Sebenarnya, Manajemen Dakwah adalah mengoordinasikan ilmu-ilmu manajemen dengan nilai-nilai keisalam dan diaplikasikan kepada lembaga-lembaga yang berbasis syariah, yang faktanya saat ini sudah mulai banyak menjamur dalam berbagai hal; perbankan, asuransi, transaksi dan aspek lainnya. Bukan sekedar cuap-cuap di depan para pendengar yang belum tentu mereka menerapkannya atau tidak.
Sudah hampir makanan seminggu-minggu (bukan lagi sehari-hari) ucapan-ucapan tersebut dilontarkan kepadaku selaku mahasiswa Manajemen Dakwah. Dalam benak hanya tersirat "Haha, akan ku buktikan suatu saat nanti". Aku hanya ingin menjadi aku, bukan menjadi anda, kalian atau mereka. Aku awalnya memang agak merasa tersesat, tepatnya agak sedikit tersesat. Bingung apa yang harus aku perbuat di jurusan ini, ditambah lagi dengan kurikulum semester awal yang memang hampir bersentuhan dengan agama. Bukannya aku bosan dengan agama, tapi masa iya sudah lari jauh ke UIN tapi lagi-lagi menimba ilmu apa yang sudah aku dapatkan semenjak masih di Ibtidaiyah?.
Tapi, oooh baru paham setelah menginjak semester 3, mulai diisi dengan kurikulum tentang dunia per-manajemen-an dan antek-anteknya. Yaa walaupun masih agak merasa sedikit tersesat, aku berusaha menggali apa yang sebenarnya terkandung dalam nama "Manajemen Dakwah". Waktu demi waktu berlalu, semakin yakin dan semakin berterima kasih kepada Allah yang menuntunku kepada jurusan Manajemen Dakwah. Ada 2 hipotesis : aku yang membutuhkan Manajemen Dakwah atau Manajemen Dakwah yang membutuhkan SDM seperti aku!
Betapa bersyukurnya aku berada di dalam keluarga Manajemen Dakwah, jika saja aku masuk UIN ke jurusan yang lain, aku belum tentu menjadi aku yang seperti sekarang ini. Dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang beragam, bisa menjadi salah satu (bisa dibilang) sebagai "delegasi" dari Manajemen Dakwah yang aktif di organisasi ekstra, bisa kesana kemari melanglang buana, hidup di lingkungan baru bernuansa politik, mendapatkan beasiswa yang seabreg dan yang paling penting bisa lulus dengan IPK 3,48 pada semester ke-9. Hal terakhir tersebut adalah yang paling membuatku bersyukur, memang jika melihat teman-teman sejawatku yang berbarengan masuk UIN, mereka terlihat lebih sulit dalam mendapatkan nilai di atas 3,0. Bahkan ada juga beberapa yang sulit untuk mendapatkan kelulusan karena dosen-dosennya yang terlalu idealis. Ya memang, dengan modal otakku yang isinya memang tak bersifat statis, hanya bersifat teoritis dan argumentalis ya memang pas jika ditempatkan atau ditakdirkan menjadi mahasiswa Manajemen Dakwah. Tak perlu berkutat terlalu banyak dengan kepastian sebuah teori atau lainnya. Intinya adalah bersyukur dan berusaha tetap menjadi yang lebih baik dari yang terbaik.
Sudah hampir makanan seminggu-minggu (bukan lagi sehari-hari) ucapan-ucapan tersebut dilontarkan kepadaku selaku mahasiswa Manajemen Dakwah. Dalam benak hanya tersirat "Haha, akan ku buktikan suatu saat nanti". Aku hanya ingin menjadi aku, bukan menjadi anda, kalian atau mereka. Aku awalnya memang agak merasa tersesat, tepatnya agak sedikit tersesat. Bingung apa yang harus aku perbuat di jurusan ini, ditambah lagi dengan kurikulum semester awal yang memang hampir bersentuhan dengan agama. Bukannya aku bosan dengan agama, tapi masa iya sudah lari jauh ke UIN tapi lagi-lagi menimba ilmu apa yang sudah aku dapatkan semenjak masih di Ibtidaiyah?.
Tapi, oooh baru paham setelah menginjak semester 3, mulai diisi dengan kurikulum tentang dunia per-manajemen-an dan antek-anteknya. Yaa walaupun masih agak merasa sedikit tersesat, aku berusaha menggali apa yang sebenarnya terkandung dalam nama "Manajemen Dakwah". Waktu demi waktu berlalu, semakin yakin dan semakin berterima kasih kepada Allah yang menuntunku kepada jurusan Manajemen Dakwah. Ada 2 hipotesis : aku yang membutuhkan Manajemen Dakwah atau Manajemen Dakwah yang membutuhkan SDM seperti aku!
Betapa bersyukurnya aku berada di dalam keluarga Manajemen Dakwah, jika saja aku masuk UIN ke jurusan yang lain, aku belum tentu menjadi aku yang seperti sekarang ini. Dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang beragam, bisa menjadi salah satu (bisa dibilang) sebagai "delegasi" dari Manajemen Dakwah yang aktif di organisasi ekstra, bisa kesana kemari melanglang buana, hidup di lingkungan baru bernuansa politik, mendapatkan beasiswa yang seabreg dan yang paling penting bisa lulus dengan IPK 3,48 pada semester ke-9. Hal terakhir tersebut adalah yang paling membuatku bersyukur, memang jika melihat teman-teman sejawatku yang berbarengan masuk UIN, mereka terlihat lebih sulit dalam mendapatkan nilai di atas 3,0. Bahkan ada juga beberapa yang sulit untuk mendapatkan kelulusan karena dosen-dosennya yang terlalu idealis. Ya memang, dengan modal otakku yang isinya memang tak bersifat statis, hanya bersifat teoritis dan argumentalis ya memang pas jika ditempatkan atau ditakdirkan menjadi mahasiswa Manajemen Dakwah. Tak perlu berkutat terlalu banyak dengan kepastian sebuah teori atau lainnya. Intinya adalah bersyukur dan berusaha tetap menjadi yang lebih baik dari yang terbaik.
Sebenarnya aku bosan mendengar ucapan para mereka yang baru mendengar istilah Manajemen Dakwah dan hanya mengartikannya sebagai calon pendakwah. Tidak salah memang, tapi kami adalah pendakwah dengan cara kami sendiri, bukan dengan cara tradisional dan konvensional, melainkan dengan pendekatan yang lebih modern, dengan konsep menanamkan kebiasaan hidup ber-syariah atau dengan meneladani nilai-nilai keisalaman yang memang sudah seharusnya diaplikasikan oleh umat manusia. Kami adalah pendakwah, kami hidup di zaman modern, kami adalah preachers in a modernity!
Viva La Manajemen Dakwah!
Viva La Manajemen Dakwah!
8 September 2008.
Aku masih ingat tanggal itu. Ya, tanggal dimana hari pertama aku menjalani status baru sebagai mahasiswa, jurusan Manajemen Dakwah di kampus hijau pembaharu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tapi sebelum masuk hari pertama, ada lah beberapa perkenalan almamater kampus melalui kegiatan Program Pengenalan Studi dan Almamater (Propesa). Pada waktu itu propesa angkatan 2008 dilambangkan dengan hewan burung hantu, kurang tahu sih apa filosofinya. Tapi menurut hematku, simbol burung hantu dimaknakan sebagai luasnya ilmu pengetahuan dan cakrawala ilmu, bisa melihat semua celah positif untuk pengembangan diri dalam proses kedewasaan diri. Sesuai dengan sifat dan karakter yang dimiliki oleh seekor burung hantu, ia bisa melihat dalam pandangan yang luas dan seakan tak terbatas, dengan tambahan mata yang tajam yang mampu melihat hewan-hewan kecil yang menjadi mangsanya.
Gambar : Properti Propesa Sumber : Dokumentasi Pribadi |
Kenangan propesa sungguh banyak, mulai dari ajang baru saling kenal dengan teman-teman seangkatan, dengan senior dan dengan staf pengajar. Pada waktu itu, kelompok propesa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (sekarang Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi) dinamakan dengan nama KODAK (Kelompok Dakwah), aku kedapatan sebagai anggota KODAK 5. Begitu panjang cerita tentang propesa, mulai dari dapat teman pertama di kampus, SKSD dengan anggota lainnya, bawa properti yang aduhai heboh dan semarak, pertama kalinya tidak di rumah pada waktu larut malam dan lain-lain.
Properti yang harus dibawa waktu itu antara lain topi caping di cat merah (untung waktu itu bapak punya topi caping di rumah), kalung dari beng-beng, kain sarung merah, tampah di cat merah, botol 1,5 liter diisi kacang hijau biar berisik, kemeja putih, celana bahan hitam, kaos kaki merah, sepatu hitam bertali merah dan gesper merah. #Riweuh. Tak perlu cerita banya ya tentang propesa, karena isinya ya sama seperti kegiatan-kegiatan ospek yang lazimnya.
Hari pertama kuliah, canggung, belum kenal siapapun, masih rajin, masih berbau mahasiswa baru lah ya. Semakin lama-kelamaan, ya mulai deh kenal ini itu, siapa dia siapa dia siapa dia dan lain-lain. Awal perkenalan dengan mereka dan dekat dengan mereka, tapi semakin meranjak ke semester-semester berikutnya malah kenal dengan mereka yang lain dan semakin dekat dengan mereka yang lain itu. Itulah takdir.
Gambar : Ta'aruf MD Angkatan 2008 Sumber : Dokumentasi pribadi |
Waktu semester 1 itu juga menjadi pengalaman pertama berorganisasi, dipercaya menjadi bagian dari panitia Sahur On The Road FDK. Mulai deh ikut-ikutan rapat, sok sibuk dan sebagainya, tapi bermanfaat kok. Lalu tak lama kemudian mulai kenal dengan dunia organisasi ekstra, PMII. Awalnya mau ikut Malam Perkenalan Anggota Baru (MAPABA), tapi ternyata bentrok dengan acara Ta'aruf Jurusan Manajemen Dakwah. Bingung nih ceritanya, padahal sampe hari H menjelang keberangkatan aku masih berniat ikut MAPABA PMII, tapi aku salut dengan teknik lobi dari seorang kakak kelas di jurusan, dengan hebatnya ia mampu membujuk saya untuk bergabung bersama jurusan, dengan berjuta alasan yang memang logis. Alhasil, jadilah ikut ke ta'aruf jurusan di Pantai Anyer. Ternyata seru, benar-benar satu unforgetable moment!
Kemudian pada tahun 2009, tepatnya di tanggal 16-19 April 2009 mulai ikut yang namanya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Dakwah (KOMFAKDA). Ikut dengan beberapa teman dan kenalan, diisi dengan berbagai materi dan berbagai kenangan manis. Sejak saat itulah mulai makin kenal dan dekat dengan dunia organisasi, mulai dapat label aktivis dari teman-teman, jarang pulang, hidup ala anak kos dan sebagainya. The another unforgetable moment!
Loncat ke semester-semester akhir aja ya, karena di semua semester itu hampir sama isunya, ya tugas numpuk lah, jalan-jalan lah, kegiatan organisasi la dan lain-lainnya. Nah tapi yang (jujur nih ya) berkesan adalah aku dan yang lain alhamdulillah mendapatkan sejumlah beasiswa di setiap tahunnya. Aku sendiri mungkin penerima yang paling banyak diantara yang lainnya, ya mungkin karena aku aktif di berbagai organisasi. Semester pertama mendapatkan beasiswa Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) dari UIN Jakarta, semester kedua langsung mendapatkan beasiswa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) UIN Jakarta, beasiswa ini berlangsung hingga ke semester kelima. Di semester keenam, mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama Kanwil Jakarta, setelah itu lolos seleksi penerimaan beasiswa BAZIS Jakarta Selatan, namun aku lepas karena aku masih terikat sebagai pendaftar beasiswa Bank Indonesia di semester ketujuh hingga ke semester kedelapan. Sungguh, rasanya mau banget mengulang masa-masa kejayaan itu! :)
Gambar : Orientasi Kepemimpinan dan Budaya FKMB '10 Sumber : Salman al-Farisy |
Di semester 5 juga, aku mulai merambah "dunia luar", aktif di organisasi luar yakni Forum Komunikasi Mahasiswa Manajemen Dakwah (FKMMD) se-Indonesia dan di Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi (FKMB). Di semester akhir, yakni 7 dan 8 mulai menyusun skripsi dengan rintangan yang datang dari diri sendiri : malas!. Di semester ketujuh juga aku mulai bergabung dengan Sekolah Politik Kerakyatan Komunitas Indonesia Baru (SPK KIBAR). Aktifitas yang lumayan banyak, menyebabkan terbengkalainya skripsiku untuk beberaba bulan, dikarenakan memang aku adalah tipe orang yang tidak bisa membagi fokus otak ke banyak pekerjaan. Akhirnya wisuda di bulan Juni 2012 pun aku tertinggal.
Gambar : Sidang Munaqasyah Sumber : Dokumentasi pribadi |
Mulai masuk bulan Ramadhan, aku mendapatkan hidayah dari Allah untuk segera menyelesaikan skripsiku. Alhamdulillah, setelah sekitar 2 bulan kejar target akhirnya skripsi itu selesai dengan masih banyak kekurangan, setidaknya saya bisa langsung daftar sidang skripsi dan alhamdulillah bisa melaksanakan sidang skripsi pada 29 November 2012 dengan hasil yang amat baik walau harus lagi-lagi tertinggal wisuda ke-88 di awal November lalu. Banyak revisi dan terbengkalai selama beberapa minggu, hingga pada akhirnya bisa terselesaikan dalam watu 3 minggu dengan usaha dan jerih payah yang amat besar. Selesai, dan daftar wisuda.
Gambar : Banner #Wisuda89 UIN Jakarta Sumber : Dokumentasi pribadi |
Hingga pada akhirnya, hari ini 3 Maret 2013 aku melaksanakan hari yang amat sakral dan bersejarah untuk jenjang S1-ku ini. Sekian lama kami menunggu dan saat aku duduk di dalam pun masih terbesit pikiran "masih gak percaya, sekarang gue duduk di bangku ini, di bangku untuk para wisudawan dan wisudawati UIN Jakarta". Hingga pada akhirnya disebutnya nama "Abdus Somad" barulah sadar memang ini adalah nyata, bukan sekedar lamunan alam bawah sadar. Selamat dan semangat!
Diwisudanya aku dan yang lain, bukan berarti lantas aku akan pergi lenyap dari peredaran kampus. Ingat. masih banyak mereka yang membutuhkan bantuan ide-ide untuk menyelesaikan skripsi mereka, mudah-mudahan aku bisa menepati janjiku pada kalian. Asal, aku membantu dan tidak total membantu, karena itu adalah karya kalian, bukan karyaku. Kalian yang bertanggung jawab, bukan aku.
Sedikit pesan, tetaplah pada apa yang kalian pilih, jangan terlalu iri dengan pencapaian orang lain karena setiap orang di dunia ini memiliki kapasitasnya masing-masing dengan garis hidupnya masing-masing. Tetap percaya pada kemampuan diri, karena kepercayaan diri adalah senjata terhebat untuk mendapatkan kemenangan yang dibanggakan.
*Sebuah uraian perjalanan singkat tentang masa-masa jaya seorang mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008. Secara teknis, aku menyelesaikan kuliahku tepat 4 tahun (8/9/08 - 29/11/12), namun berdasarkan jumlah semester aku hanya telat 1 semester menjadi total 9 semester. Semoga bermanfaat dan tulisan ini akan terus mengalami penambahan hingga sudah dirasa cukup pada saatnya nanti.
Salam hangat,
Abdus Somad, S.Kom.I
No comments:
Post a Comment