Skripsi...
Ada
bermacam perasaan yang timbul dari dalam lubuk hati dan pikiran mahasiswa yang
mendengar kata tersebut. Ada senang, sukacita, penasaran, cemas, khawatir,
hingga rasa mau mati mendengarnya.
Apaan
sih, kok sering banget dengar orang galau dan depresi karena skripsi? Ayolah,
itu cuma kumpulan kata yang harus kita rangkai menjadi satu kesatuan kalimat
ilmiah yang nantinya akan menunjukkan sejauh mana kita mampu berpikir dan
mengaplikasikan ilmu perkuliahan kita.
Skripsi,
mayoritas terdiri dari 5 bab : Bab 1, yang isinya alasan mengapa kita mau
menulis apa yang akan kita tulis dan berbagai kerangka tulisan yang nantinya
akan merepresentasikan seluruh isi skripsi kita. Bab 2, yang isinya berbagai
landasan teori yang mendukung jalannya penelitian dan pendalaman data temuan.
Penulis rasa, ini adalah bab yang paling gampang yang pernah ada, karena tanpa
perlu berpikir banyak pun kita bisa mengambil dan menyalinnya dari berbagai
sumber referensi buku, majalah, jurnal dan lainnya, yang penting itu adalah
teori. Bab 3, ini juga gampang kok, kan isinya cuma profil lembaga tempat kita
mencari bahan penelitian. Tinggal minta saja sama narasumber kita, masa iya sih
gak ada. Bab 4, nah ini yang biasanya bikin mahasiswa depresi, katanya sih
susah banget, sampe mengalami #Taskophobia*. Tapi kalau diteliti
lebih dalam, ternyata bab 4 ini isinya apa-apa yang kita tanya-tanyain ke
narasumber itu, sekarang teknologi sudah canggih, pas wawancara tinggal rekam
dan salin, lalu dicocokin sama teorinya, kira-kira sudah sesuai apa belum.
Terakhir adalah bab 5, isinya cuma kesimpulan dari 4 bab sebelumnya dan
kemudian ditulis juga beberapa saran untuk tempat kita penelitian, ya mungkin
aja nanti suatu saat saran dari kita bisa diaplikasikan sama yang empunya
lembaga.
Nah,
ceritanya sudah 5 bab nih ya, baru deh kita bikin abstrak yang isinya pada
umumnya adalah beberapa paragraf yang memuat ilustrasi penelitian, dari mulai
latar belakang, sekilas tentang tugas dan fungsi lembaga, rumusan penelitian,
metode dan pendekatan yang kita pakai dan hasil temuan di paragraf akhir.
Tapi,
sedikit keluar dari semua paparan di atas, ternyata ada beberapa fakta unik
tentang skripsi:
Mahasiswa mengalami beberapa tingkatan perasaan positif dan negatif:
- Positif : Pertama, merasa
bahagia bila sudah menginjak semester 8, artinya mahasiswa itu akan menyusun
skripsi dan dapat menuangkan pikiran dan ilmunya dalam untaian kata ilmiah.
Kedua, merasa puas saat sudah mendapat ide atau judul untuk bahan penelitian,
ia pasti akan langsung membuat pengajuan judul kepada ketua prodi/jurusannya.
Ketiga, lebih merasa senang dan bangga jika sudah selesai seminar proposal,
artinya judl sudah di tangan dan siap untuk melangkah lebih lanjut, serta
tentunya ia akan mau dan mampu untuk membantu teman-temannya yang belum
mendapatkan ide atau judul penelitian. Keempat, merasa semangat penuh dalam
menyusun setiap rangkaian bab dan mengatur strategi untuk wawancara kepada
narasumber, menyiapkan poin-poin wawancara serta ada juga yang persiapan kamera
jika ia punya sifat narsis untuk berfoto bersama narasumbernya, sebagai bukti
bahwa ia mampu menjalankan hal yang dianggap sepele untuk mendapatkan data yang
diperlukan. Kelima, kadang ada yang merasa "ini adalah perjuangan,
gak boleh menyerah!" di kala ia mendapatkan beberapa rintangan
seperti bahasannya kurang spesifik, teorinya kurang lengkap dan kredibel,
teknik penulisannya ada yang keliru, bahkan tak jarang ada yang kehilangan file
softcopy-nya, sehingga harus mengetik ulang dari apa yang sudah ia cetak,
dan itupun masih kurang dari apa yang ada dalam softcopy. Keenam,
merasa percaya diri namun agak ragu saat hendak menemui dosen pembimbing, ada
rasa cemas "bagaimana kalau masih saja terus di revisi?". Tapi ia
terus berupaya membuang pikiran tersebut, yang ada hanyalah percaya diri dan
tetap yakin. Ketujuh, pastinya semua merasa bahagia sentosa saat skripsinya
sudah ditandatangani oleh dosen pembimbing, pasti ada juga yang pamer setelah
mendapatkannya (termasuk penulis, hehehe). Kedelapan, WOW agak kaget
saat mendaftar sidang dan mengetahui bahwa pengujinya nanti adalah seorang guru
besar atau seorang profesor yang terkenal killer. Tapi ia tetap yakin bahwa ia
pasti mampu mempertahankan argumen penelitiannya, karena itu adalah asli
tulisannya. Kesembilan, makin WOW karena ia mampu menjalani sidang dengan penuh
khidmat di tengah cecaran dan kritikan dari dosen penguji, ia berhasil
mendapatkan nilai yang baik karena penelitiannya dan tentunya revisi yang tidak
banyak. Kesepuluh. ternyata rasa "WOW" itu agak sedikit mengendur
diakibatkan yang harus di revisi adalah data-data yang agak sulit untuk dicari,
tapi dengan gigih ia terus mencari dan berusaha mendapatkannya agar bisa dengan
segera ia menuntaskan penelitiannya. Kesebelas, akhirnya rasa puas itu kembali
datang saat ia menemukan titik terang revisi penelitiannya, dengan segera ia
melakukan apa yang dosen penguji pinta. Keduabelas, revisi telah selesai dan
sesuai, saatnya meminta pengesahan dari para tim penguji, alangkah bahagianya
dan WOW-nya hati mahasiswa itu saat ia berhasil mengumpulkan tanda tangan
tersebut, walaupun di tengah jalan masih ada beberapa kendala saat mencari
"coretan tangan" si penguji. Ketigabelas, ini adalah positif
terakhir, yakni saat-saat ia akan menjalani prosesi wisuda. Lihatlah, betapa
bahagia dan puas hatinya akan perjuangan yang selama ini ia hadapi,
bertahun-tahun ia mengemban tugas untuk mengabdi ilmu pada kampusnya, kini
telah dibayar lunas dengan pemindahan tali topi toganya oleh sang rektor.
Senyum lebar dan ikhlas terurai dari wajahnya, menandakan kepuasan hatinya akan
semua hal yang telah dilaluinya, apalagi ia tidak sendiri, ia bersama teman
lainnya yang saling bekerja sama dengannya dalam berbagai macam seluk beluk
dalam skripsi. Sungguh inilah perjuangan :)
- Nah, di atas adalah
seharusnya bagaimana kita menghadapi hal yang bernama skripsi, jalanilah dengan
berpikir positif dan meraih kesempatan yang ada. Ada hitam, ada putih. Ada
positif, ada juga yang negatif. Bagaimana sih ciri negatif mahasiswa
yang sedang menglami #skripsophobia? Berikut cuplikan singkatnya :
Pertama, dari awal ia masuk kuliah pun sudah terlihat masa depannya akademisnya
yang agak suram, kuliah jarang masuk, tugas pun tak pernah tersentuh langsung,
dan... apalah itu, pokoknya menggambarkan mahasiswa yang tidak seharusnya
menjadi mahasiswa. Kedua, pasti terasa agak mual dan pusing saat hendak
menginjak di semester 8, mayoritas sudah tidak ada perkuliahan lagi, yang ada
hanya skripsi dan ia pun menyebutnya sebagai #skripshit. Ketiga,
masa bodoh dengan teman-temannya yang sudah mendapatkan ide atau judul
penelitian, bahkan sebagiannya sudah hampir menempuh bab 4. Ia masih saja terus
merasa malas dan agak tak ikhlas dalam menelaah keadaan sekitar untuk
mendapatkan ide. Keempat, ceritanya ia sudah dapat judul nih, itupun akibat
dari temannya yang tidak jadi mengambil judul tersebut, akhirnya ia lah yang
memakai judul tersebut untuk penelitiannya, ia buat kerangka proposal dengan
seadanya, padahal ia mampu untuk membuat yang lebih baik. Kelima, judul sudah
di tangan, namun ia acuhkan se-lama mungkin, bahkan teman lainnya ada yang
sudah mau wisuda. Padahal ia tak ada kesibukan lain yang mengisi harinya.
Keenam, sudah satu tahun, sebagian temannya sudah mendapatkan pekerjaan yang
menggiurkan, namun ia pun masih duduk termenung di kampusnya, merasa sepi
karena sudah tak ada teman dekat yang bisa di ajak bercengkrama, akhirnya ia
mencari pelarian dengan bergaul kepada mereka yang juga masih sibuk tersendat
di tengah jalan skripsinya. Dimulai lagi lah skripsinya itu. Ketujuh, ia
menjalani skripsinya dengan perasaan dukacita dan penuh pikiran negatif, entah
alasan tak ada referensi, narasumber yang sulit untuk ditemui, hingga kata-kata
kasar dan kotor kerap menghiasi mulutnya. Intinya proses skripsinya adalah
proses yang negatif dan dengan aura yang tidak sedap untuk dirasakan.
Kedelapan, hendak menemui dosen pembimbing untuk meng-acc-kan
skripsinya, timbul lagi rasa segan. Padahal skripsinya itu sudah lumayan layak
untuk di-acc dan disidangkan, yang ada hanya rasa malas dan pikiran
negatif. Kesembilan, sudah memasuki tahun ke-6 ia di kampus, teman-temannya
tinggal beberapa nyawa, semakin banyak ia dikelilingi oleh junior-juniornya
yang terasa seakan lebih pintar darinya. Skripsinya pun belum juga usai karena
pada waktu itu saat berencana untuk ditandatangani oleh dosen pembimbing,
ternyata ada banyak kesalahan yang ia buat dan ia mengerjakan dengan asal,
sehingga harus sering mengulangnya, juga ia pun jarang sekali menemui dosen
pembimbingnya. Kesepuluh, kembali ia terus mencaci keadaan yang ia anggap tidak
berpihak padanya. Perasaan bersalah mulai muncul dalam benaknya, andaikan ia
mengerjakan skripsinya dengan semestinya. Hingga akhirnya ia pun selesai dan
hendak menjalani sidang. Kesebelas, padahal ia mendapatkan dosen yang lumayan
santai, tetapi ia terus merasa tidak yakin dengan hasil yang ia buat, hingga
sidang skripsinya berakhir seadanya dengan hasil yang apa apanya, revisi pun
lumayan banyak dan dengan penuh rasa terpaksa ia menjalaninya. Keduabelas,
revisi selesai, hendak meminta tanda tangan dari para penguji, kebetulan para
pengujinya sedang ada keesibukan yang amat penting. Sudah pasti, ia masih saja
terus mengumpat sejadi-jadinya, hingga beberapa minggu kemudia ia pun
mendapatkan semua tanda tangan tersebut. Ketigabelas, akhirnya tiba pada puncak
dari semuanya, #Wisuda. Ia menghadiri wisuda dengan tanpa
teman-teman dekatnya, bahkan ia dikelilingi oleh junior yang ada di 2 tahun
angkatan dibawahnya. Perasaan yang, ah...... sungguh tidak memuaskan.
Penyesalan mewarnai prosesi yang seharusnya menjadi akhir yang bahagia jika ia
bersama dengan teman-teman dekatnya..
Ayolah,
#skripsi itu cuma 5 bab, mulailah dari sekarang memanggilnya dengan sebutan
#skripsweet agar semua yang kau lalui akan terasa indah dan memberikan hasil
yang baik. Tinggal
kau pilih, menjadi positif atau negatif? Keputusan ada di dalam batin dan
pikiran anda, anda yang mengerjakan, anda yang akan menentukan masa depan akademis
anda. Kerjakan
dengan maksimal, lakukan dengan seluruh kemampuan yang kamu bisa, jalani dengan
sukacita, itulah kuncinya!
"Be
positive and everything will be nice. Keep struggling, keep surviving, because
they are the key of the success for your life". (Abdus Somad | 2012)
->
Catatan ini di buat bukan untuk bermaksud negatif, tapi justru untuk
menumbuhkan rasa positif dalam pikiran saat menjalani proses #skripsweet :)
Kata
kunci dan hashtag : #Skripsi, #Wisuda, #Mahasiswa, #Kampus,
#Positive
Copyrighted
by Abdus Somad | ©2013