How To Identify and Develop Softskills
(PPM MEET AND
GREET BERSAMA BRIAN APRINTO, SPHR DAN FONNY ARISANDY JACOB)
PPM Manajemen –
Kamis, 06 Maret 2014
A
|
nda pasti sudah
tak asing lagi dengan istilah softskill dan hardskill, apalagi
bagi Anda yang sudah pernah memasuki dunia profesional kerja. Apakah Anda
mengetahui dengan pasti softskill dan hardskill apa yang Anda
miliki? Apakah Anda tahu bagaimana mengembangkan hal-hal tersebut dalam diri
Anda? Berikut sedikit pembahasan singkat yang penulis kutip dari pertemuan
dengan penulis buku “Pedoman Lengkap Softskills : Kunci Sukses dalam
Karir, Bisnis dan Kehidupan Pribadi”, Brian Aprinto, SPHR, dan juga
melalui sumber tertulis tambahan, buku berjudul Organizational Culture
karangan Edgar H. Schein.
Sebelum
melangkah lebih jauh, perlu diingat bahwa kedua hal tersebut adalah saling
berkaitan dan menyokong satu sama lain. hardskill berupa kemampuan yang
Anda miliki dalam diri ada secara personal yang bersifat tangible oleh
orang lain dan berasal dari lingkungan luar. Contohnya adalah kemampuan bahasa
asing, operasional, pemasaran dan lain-lain. Sedangkan softskill lebih
kepada kemampuan-kemampuan yang bersifat intangible yang sudah tertanam
dalam diri dan bisa mempengaruhi kualitas hardskill pada penerapannya.
Seperti kemampuan menyeimbangkan emosi, keramahan, komunikasi, public
speaking dan lain-lain. Kemampuan mengelola softskill lah yang
sering sekali dijadikan fokus utama dalam sebuah perbincangan, baik formal
maupun non-formal.
Sejauh
mana softskill bisa mempengaruhi kualitas output dari hardskil?
Tentunya tidak bisa diukur secara persis, karena hal-hal tersebut berasal dari
dalam diri dan biasanya muncul secara tidak diharapkan serta pada waktu yang
tidak tepat. Misalnya emosi yang tidak stabil saat berpartisipasi dalam rapat
penting, tentunya seseorang mengharapkan tampil dengan optimal dan maksimal
pada keadaan penting seperti itu, namun karena emosinya sedang tidak stabil,
bisa memungkinkan munculnya perilaku atau kata-kata yang kurang berkenan atau
lain sebagainya.
Lalu,
apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola softskill?
Seseorang perlu memperhatikan 5 hal yang saling berkaitan dalam mengasah
softskill yang dimiliki, antara lain :
1.
Professional values,
merupakan nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh seseorang untuk membentuk
atau mengasah softskill, dan dijadikan nilai jual atau added value untuk
menghadapi persaingan global. Nilai-nilai tersebut adalah pelayanan, rendah
hati dan integritas. Nilai pelayanan merupakan sebuah makna dari besaran
kontribusi diri dalam sebuah pekerjaan, juga termasuk totalitas dalam bekerja.
Jika seseorang bekerja dengan kontribusi penuh dan dengan totalitas yang
tinggi, maka secara otomatis akan menambah nilai jual di lingkungan sekitarnya.
Nilai yang kedua adalah rendah hati, nilai ini bisa menjadi kekuatan tersendiri
dalam mencapai apa yang kita inginkan, selama masih dalam cara yang positif.
Dengan kita berendah hati, orang di sekitar akan merasa tidak segan untuk
menjalin komunikasi dan pertemanan, dengan banyaknya jaringan yang kita miliki,
makin mudah juga untuk meraih kesuksesan. Nilai yang terakhir adalah
integritas, nilai ini dibangun dengan menggabungkan kompetensi dan komitmen,
yang pada nantinya juga akan turut membangun karakter diri. Jika memiliki
kompetensi namun tidak komitmen atau loyal terhadap tempat bekerja, belum
dinamakan integritas. Namun jika memiliki keduanya, maka akan tercipta satu
kesatuan antara diri dengan perusahaan yang nantinya akan dengan mudah mencapai
tujuan bersama.
Membangun sebuah integritas bisa dilakukan dengan beberapa hal; pertama
dengan menciptakan suatu kesepakatan bersama, baik dalam berkomunikasi
ataupun dalam standar keberhasilan sebuah pekerjaan. Kedua, dengan
menciptakan sebuah batasa kerja antara Anda dengan orang sekitar, sehingga
memiliki batasan yang jelas dalam pekerjaan. Ketiga, jika Anda seorang
pimpinan dalam organisasi, maka harus jelas pembagian wewenang agar tidak
menimbulkan komando yang bertabrakan antara Anda sebagai pimpinan dan dengan
rekan Anda yang menjadi pimpinan lebih rendah di bawah Anda. Keempat,
menciptakan rules for relationship yang tujuannya untuk menciptakan
sebuah keintiman dari masing-masing anggota tim kerja. Kelima, dari sistem
aturan yang dibuat dan sudah menciptakan sebuah rasa kebersamaan, bisa
dilanjutkan dengan membuat sebuah sistem reward and punishment, jadi
bisa jelas siapa yang bisa mendapatkan lebih dan siapa yang akan mendapatkan
konsekuensi dari apa yang masing-masing anggota tim kerjakan tanpa menimbulkan
rasa bersalah karena masing-masing anggota tim sudah mengerti dan menyetujui
aturan yang telah disepakati. Keenam adalah menyusun sebuah tindakan
pencegahan dan penanggulangan untuk sesuatu yang tidak diharapkan atau
direncanakan terjadi, misalnya jika terjadi bencana alam, anjloknya situasi
eksternal, dan lain-lain. (Schein : 2010)
2.
Principals of softskill, yang
dimaksud dengan prinsip-prinsip softskill adalah mengenai sebuah “aturan baku”
yang memang sudah secara tidak langsung sudah dipegang teguh oleh banyak orang.
“Aturan” tersebut adalah antara lain :
a.
Menabur
dan menuai (what you get is what you do)
b.
Menghargai
orang lain untuk menciptakan keharmonisan.
c.
Welas
asih atau memiliki rasa empati terhadap apa yang dialami oleh orang lain.
Ketiga
hal tersebut harus dipegang teguh dan ditanamkan dengan baik dalam diri agar
lebih bisa mengenal karakter dan softskill yang dimiliki, dan juga memberikan
rasa kedamaian diri (secure) dalam mencapai tujuan karena merasa
memiliki satu sama lain.
3.
Personal skills, merupakan
kemampuan yang dimiliki dalam diri untuk menghadapi berbagai tantangan mencapai
kesuksesan, yang pada nantinya akan memberikan self-development jika orang
tersebut secara proaktif menggali apa yang ia miliki dalam diri. Personal skill
di sini lebih ditekankan kepada stress management, learning skill yang
cepat dan efektif, motivasi tinggi, dan yang terakhir adalah kemampuan
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dari keempat hal tersebut, yang
kadang mengalami naik turun sesuai dengan kondisi internal dan eksternal diri
adalah menyangkut motivasi. Lalu bagaimana menjaga motivasi agar tetap tinggi?
Jawabannya adalah dengan meng-upgrade tujuan yang kita rancang dalam
hidup, dengan berpikir lebih besar tentang mimpi atau keinginan yang ingin
dicapai, membuat visi yang lebih spesifik dan menciptakan misi untuk mencapat
visi tersebut. Hal yang paling penting dalam meng-upgrade motivasi
adalah dengan bertindak (DO SOMETHING) agar menjadi pribadi yang lebih
produktif.
4.
Interpersonal skill.
Personal
|
Public
|
|
Relation
|
Komunikasi dan membina hubungan
|
Keterampilan presentasi
|
Transaction
|
Teknik negosiasi
|
Teknik menjual
|
Tabel 1 : Kemampuan diri dan aplikasinya dalam hubungan dengan
orang lain.
Dari tabel di atas, dijelaskan bahwa kemampuan diri yang berkaitan
dengan orang lain adalah kemampuan berkomunikasi dan membina hubungan baik
dengan orang lain, serta kemampuan presentasi yang tujuannya untuk menyampaikan
ide atau gagasan kepada para audiens. Dalam membentuk kemampuan presentasi ini,
perlu diperhatikan bahwa tidak semua orang mau dan mampu mendengarkan dan
menerima pendapat dari kita, jadi kita sebagai seorang presenter harus
bisa peka terhadap respon yang diberikan oleh audiens, baik secara verbal
maupun nonbverbal. Reaksi non-verbal inilah yang jarang diketahui oleh seorang presenter,
saat audiens menunjukkan rasa ketidakinginan untuk mendengar, maka ide atau
gagasan yang kita sampaikan menjadi tidak efektif.
5.
Organizational skill,
kemampuan ini dilakukan untuk menciptakan atau membangun nilai-nilai dasar dari
organisasi, dan juga untuk membentuk satu kesatuan sehingga lebih mudah dalam
mencapai tujuan bersama. Kemampuan organisasi meliputi berbagai hal yang
tergambar dalam tabel di bawah ini :
Personal
|
Organization
|
|
Empower
|
Coaching
|
Leadership and team building
|
Creating values
|
Target planning and time management
|
Service building
|
Tabel 2 : Nilai-nilai yang harus dilakukan dalam mengembangkan organization
skill.
Dari tabel di atas, kesemuanya dilakukan dengan tujuan melatih
kemampuan bagaimana seseorang dalam mengelola sebuah kelompok atau organisasi,
baik dalam scoop kecil maupun besar. Hal yang paling sering terlewatkan
adalah dalam merancang target planning and time management. Kebiasaan
seseorang dalam menunda pekerjaan, mengakibatkan menumpuknya tanggung jawab
yang dibebankan oleh organisasi. Maka dari itu harus dibuatnya sebuah time
management yang jelas, seperti yang paling mudah adalah dengan menyusun
sebuah timeline kerja, sehingga setiap pekerjaan memiliki batas waktunya
tersendiri sehingga lebih teratur dalam bekerja dan tidak merangsang tumbuhnya
stres dalam bekerja.
Dari
kesemua hal di atas, dalam membangun dan mengembangkan softskill, Anda harus
terlebih dahulu memahami apa, siapa dan apa tujuan dari diri Anda, untuk bisa
menggali kemampuan apa saja yang Anda milik, dan juga bisa memberi feedback
kepada orang lain tentang kemampuan apa yang mereka miliki dan bisa diterapkan.
Sehingga, dengan bisa memahami satu sama lain, nantinya akan mencapai tujuan
bersama secara efektif dan eifisien.